Aher Menjawab Masalah Gunung Cermai

YPK_.Setelah ramai menjadi perbincangan di media sosial akhir-akhir ini, dan telah dibantah oleh Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial Andi Arief, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ahmad Heryawan akhirnya memberikan klarifikasi terkait itu penjualan Gunung Ciremai yang wilayahnya meliputi Kabupaten Cirebon, Kabupatan Kuningan, dan Kabupatan Majalengka, Jawa Barat, kepada perusahaan minyak internasional Chevron seharga Rp 60 triliun.
Melalui akun twitter pribadinya @aheryawan yang diunggahnya Senin (3/3) malam, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan menegaskan, berita yang berkembang di Facebook, Blackberry Messengger (BBM), dan Twitter menyenai penjualan Gunung Ciremai seharga Rp 60 triliun itu bohong. “Saya sudah baca, dan isinyaHOAX (palsu) semua,” ujarnya.
Gubernur Jabar menegaskan, tidak boleh ada  pemanfaatan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Ciremai selain untuk sektor Kehutanan, apalagi dijual. Hal ini sesuai dengan SK Menteri Kehutanan (Menhut) Nomor 424 Tahun 2004 tentang penetapan kawasan hutan Gunung Ciremai sebagai Taman Nasional.
Ia menjelaskan, SK Menhut bukan untuk membuka perusahaan asing masuk, tapi justru untuk melindungi kawasan Gunung Ciremai sebagai Taman Nasional.
“Yang mungkin dimanfaatkan adalah kekayaan geothermal yang ada diluar Taman Nasional,” papar Ahmad Heryawan atau yang akrab dipanggil Aher itu seraya menyebutkan, seluruh potensi geothermal itu memang ada diluar kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai.
Ditegaskan oleh Gubernur Jawab itu, geothermal adalah sumber energi listrik yang paling ramah lingkungan, energi terbarukan dan sangat diperlukan untuk kehidupan. Mengoptimalkan geothermal, lanjut Aher, akan mengurangi ketergantungan kita pada energi fosil yang tidak terbarukan dan tidak ramah lingkungan.
Geothermal, jelas Aher, menuntut kondisi hutan yang terpelihara dengan baik, karena sangat tergantung pada suplai air. Geothermal juga sama sekali tidak mengeluarkan gas beracun seperti yang diisukan.
Menurut Gubernur, geothermal bukan barang baru di Jawa Barat. Ia mengemukakan, Jawa Barat adalah penghasil geothermal terbesar di Indonesia, dimana 40% geothermal dunia ada di Indonesia, dan 25%  geothermal Indonesia ada di Jabar. Dari potensi itu, baru 20% dari geothermal di Jabar yang termanfaatkan. Masih ada sisa 80% geothermal lagi yang siap diolah oleh anak bangsa.
“Geothermal yang selama ini sudah berjalan adalah di Gunung Salak, Wayang Windu, Kawah Darajat, Kawah Kamojang, Karaha Bodas Patuha, d an yang sedang proses: di Tangkuban Parahu, Tampomas Sumedang dan Cisolok Sukabumi,” papar Aher.
Melalui akun Twitter pribadinya @aheryawan itu, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan juga menegaskan, tidak ada pengusiran penduduk karena  geothermal jauh dari kawasan penduduk. Justru, kata Aher, pemanfaatan geotherman akan memberi manfaat besar bagi masyarakat, Seperti pengembangan ekonomi, pariwisata, pembangunan infrastruktur, dan lapangan kerja di sekitar kawasan geothermal.
Aher juga membantah isu bahwa kawasan Gunung Ciremai telah dijaga agen intelijen Amerika Serikat (CIA), termasuk Badan Intelijen Nasional (BIN), dan USAID, dll. “Itu juga bohog. Yang jaga polisi kehutanan dan masyarakat pecinta hutan,” tegasnya.
Menurut Gubernur Jabar, sejauh ini belum ada penetapan pemenang tender pengelolaan geotherman di kawasan Gunung Ciremai. Selain itu, juga tidak ada penelitian yang menyebutkan di sana ada kandungan emas atau uranium.
Aher mengungkapkan, di jaman dirinya jadi gubernur, baru ada 3 (tiga) tender geothermal, yaitu di Tangkuban Parahu, Tampomas, dan Cisolok. “Semua pemenangnya perusahaan dalam negeri,” tegas Aher.
Gubernur Jabar itu menegaskan, untuk Ciremai siapapun pemenangnya harus bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jabar.
Sebelum ini Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial, Andi Arief, membantah kabar penjualan Gunung Ciremai dijual kepada Chevron seharga Rp 60 triliun.
Andi Arief menyebut kabar itu sebagai hoax semata. “Tidak ada kebijakan atau dalam rencana sekalipun untuk menjual Gunung Ciremai kepada Chevron dengan harga Rp 60 triliun,” kata Andi Arief di Jakarta, Senin (3/3) sore.
Ia menegaskan, tidak ada dan tidak benar, serta tidak masuk akal isu penjualan Gunung Ciremai itu. “Di sidang kabinet maupun statemen langsung dari Presiden, para menteri dan yang berwenang tidak ada rencana itu,” tegas Andi. (ES) .

@Redaksi 2014 Email : pelitakarawang@gmail.com

Komentar

Enjoy journey, you is the best...